Rabu, 29 Mei 2013

Review: The Secret of Kells



The secret of kells merupakan film yang simple. Tentang sebuah biara Kells di Irlandia, dengan seting abad pertengahan. Penduduk Kells membangun tembok demi melinduingi diri dari serangan bangsa Viking, sejak kedatangan seorang pendeta yang kabur dari serangan Viking. Alur cerita mengikuti tokoh utama yaitu seorang anak berumur 12 tahun yang bernama Brendan yang tinggal bersama pamannya yang bernama Abbott Cellach. Kehidupan Brendan berubah setelah kedataggan seorang iluminator yang bernama Aidan tiba di biara tersebut. Ia membawa sebuah buku special yang ditulisnya sendiri, Brendan membantu saudara Aidan untuk menyelesaikan buku nya, yang dalam perjalanannya kemudian bertemu dengan peri hutan yang bernama Aisling. Persahabatan antara Brendan dan Aisling tersebut akhir nya dapat menyelamatkan buku special tersebut, biara, dan juga seluruh Kells.

Hal yang paling menakjubkan dari film ini ialah aspek keindahan visual. Ini adalah film kartun terbaik yang pernah saya lihat. Dengan penyajian yang seperti cerita dongeng Inggris, yang bisa membuat penonton melihat hal-hal baru dengan latar yang sama. Penyajian yang cantik sangatlah membuat penonton terkesan. 

Akan tetapi, film ini cenderung diperuntukan untuk anak-anak belasan tahun ke atas. Hal ini dikarenakan jalan cerita yang serius dan sedikit rumit, serta adanya beberapa adegan kekerasan yang terjadi. Beberapa bagian humor yang mewarnai jalannya ceritapun sulit dicerna oleh anak-anak karena penyampaiannya sangat sulit untuk dimengerti. Akan tetapi bebrapa pelajaran dapat kita ambil dari film ini.


Rabu, 15 Mei 2013

Ketika Cerita dalam Karya Pram Diperankan.....


Namaku Minke. Orang memanggilku seperti itu. Seorang pribumi yang baru seumur jagung. Aku sangat suka menulis dan sangat suka menjadi seorang yang berkepribadian Eropa walau pada dasarnya aku adalah pribumi, tepatnya seorang Jawa tulen!! Kisah yang aku tulis ini bercerita tentang orang-orang hebat yang memberi warna dalam hidupku, dengan berbagai intrik yang bercampur menjadi suatu kesatuan yang membuat hidupku lebih bermakna. Tentang mama, keluarga Millema, dan tentunya seorang yang aku kasihi Annelies sebagi istri yang aku cintai dan bunga akhir abad. Semua itu dimulai saat aku dating ke Burderij Buitenzorg…..
(kediaman keluarga Millema)
RS: “Rob, perkenalkan ini temanku di HBS.”
RM: “oh senang bertemu anda tuan. Saya Robert Mallema.”
M: “saya Minke. Senang bertemu anda juga.”
RM: “yaa mari masuk tuan-tuan. Oh perkenalkan ini adikku Annelies.”
A: (tersenyum dengan hormat)
RS: “aku Robert Suurhof.”
M: “aku Minke.”
RM: “hey bagaimana kalau kita melanjutkan perbincangan kita mengenai bola Suufhof?”
RS: “ya tentu saja.”
Suurhof dan Robert asyik berbincang mengenai bola.
A: “hey Minke. Terasa membosankan bukan? (terdiam sejenak) Mari kita pergi saja (menarik tangan Minke)
A: “ah mama. Perkenalkan dia teman baruku Minke.”
NO: “Senang kau rupanya Annelies mempunyai teman baru. Orang-orang biasa memanggilku Nyai Ontosoroh, tapi kau bias memanggilku mama.”
M: “senang bertemu dengan anda Nyai eh Mama.”
NO: “jangan sungkan-sungkan Nyo. Anggaplah seperti sumah sendiri.”
M: “terima kasih mama.”
A: (tersenyum pada mama)
     “Ayo kita jalan-jalan Minke. Aku ingin menghirup udara segar di luar.”
M: “hey Ann, pernah kau lihat gambar Sri Ratu?”
A: “Tentu saja. Dia begitu cantik. Semua wanita akan iri melihat keanggunana dan kecantikannya.
M: “Menurutku tidak begitu. Kau lebih cantik daripadanya Ann.”
A: (berhenti berjalan dan menatap Minke)
     “Ahhh sangat memalukan. Tapi terima kasih Minke.”
(Minke mencoba mencium Annelies. Namun Annelies pergi pada Nyai Ontosoroh dan menceritakan mengenai apa yang terjadi barusan)
M: (datang myusul Annelies mendekati Nyai Ontosoroh)
NO: “Nyo, tidakkah anakku ini cantik?
M: (terdiam gugup) mmmm…..
NO: “sukakah kau padanya?”
M: “ya mama. Dia begitu cantik dan membuatku jatuh cinta padanya.”
(tiba-tiba dating RS dan RM dengan muka masam)
RS: “hey Minke, mau pulang kapan kau? Banyak hal yang harus kita lakukan buakan?”
M: “segera. Aku dan Suurhof pamit mama. Sampai bertemu lagi Annelies.”
(M dan RS berjalan pulang)

itulah penggalan naskah yang diadopsi dari 'Tetralogi Buru' novel karya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Bumi Manusia. Novel tersebut merupakan bagian pertama dari empat novel yang ada yakni Anak Semua Bangsa, jejak Langkah, dan Rumah Kaca.

Kesan pada saat membaca novel tersebut....jujur saya amat malas dan tidak tertarik sama sekali. Novel dengan tebal beratus-ratus halamam memang tidak pernah menaik minat saya untuk membacanya apalagi novel berbau sejarah seperti Tetralogi Buru. Saya mulai membaca novel tersebut seminggu setelah saya meminjamnya dari teman saya. Jejak Langkah adalah bagian ketiga dari Tetralogi Buru yang pertama kali saya baca. Halam pertama yang berupa kata pengantar sempat saya acuhkan dan dengan berberat hati saya mulai membaca novel tersebut. Sulit dipercaya saya membaca halaman demi halaman dan membuat saya penasaran bagaimana kelanjutan dari cerita tersebut di halaman berikutnya hingga pacar saya sempat kesal karena sms dan teteponnya tidak saya hiraukan. Saya berkesimpulan bahwa dalam membaca novel yang tebalnya beratus-ratus halam tersebut saya hanya malas untuk mengawali sesuatu yang sebenarnya sangat menarik. Itu sebabnya dari empat bagian Tetralogi Buru hanya Jejak Langkah yang saya baca :p

Saat mbak Astrid dan mbak Ambi menugaskan bahwa Tetralogi Buru harus dibuat Drama, saya dan kelompok sempat bingung karena tidak semua dari kelompok kami yang membacanya. Ide-ide sempat muncul dari teman kelompok. Akhirnya teman saya Tepong memberi ide untuk membuat drama dengan alur Flash Back. Kami diberi waktu 2 miggu sebelum pementasan dimulai. Akan tetapi kami baru membuat naskah 3 hari sebelum pementasan. Kami bekerja dalam tim dan masing-masing meberikan ide-idenya. Kami memutuska untuk membuat cerita yang diadopsi dari novel Bumi Manusia yaitu bagian pertama dari Tetralogi Buru. Kemudian kami membagai tugas untuk menyusun naskah perbabak. Bagian saya adalah membuat prolog dan epilog. Naskah akhirnya selesai dan dibagikan kepada anggota kelomok 2 hari sebelum hari pementasan tiba. Satu hari sebelum pementasan kami melakukan latihan total dan merundingkan mengenai konsep di atas panggung. Akhirnya 25 April 2013 drama kami ditampilkan di depan umum dengan saya berperan sebagai Bunda dan Nyonya, Daniek sebagai Annelies, Adib sebagai Minke, mbak Sita sebagai Nyai Ontosoroh, Ratih sebagai Maurits, Rades sebagai Robert Surhof dan Herman, dan yang terakhir Tepong (Ahmad Baihaqi) sebagai Darsam dan narator.